Ramadhan tahun 1446 H hari kesebelas
Dialog berikut terjadi antara seorang kakek dengan
seorang penguasa dinasti Bani Abbas.
"Berapakah umur kakek?" tanya sang penguasa.
"Sepuluh tahun," jawab sang kakek.
"Jangan berolok-olok," sergah sang penguasa.
"Benar tuan, umurku baru sepuluh tahun. Enampuluh tahun dari usiaku,
kuhabiskan dalam dosa dan pelanggaran. Baru sepuluh tahun terakhir ini aku
mengisi hidupku dengan hal-hal yang memakmurkannya," jawabnya.
Kata umur diambil dari kata yang sama dengan ma'mur sehingga
keduanya harus menggambarkan kemakmuran serta kebahagiaan dan kesejahteraan
jasmani dan ruhani. Di sini terlihat bahwa aktivitas manusia mempunyai kaitan
yang erat dengan umurnya, bahkan jauh lebih dari itu adalah dalam hal panjang
dan pendek usianya.
Kita harus yakin bahwa usia berada di tangan Tuhan. Tetapi ini tidak berarti
bahwa usaha untuk "memperpanjangnya" tidak akan berhasil. Usaha akan
berhasil bila direstui Allah dalam arti sesuai dengan sunnatullah. Apa
pun usaha manusia selama sejalan dengan sunnatullah pasti berbuah,
termasuk usaha memperpanjang usia.
Sabda Nabi saw. “Siapa yang berkeinginan diperpanjang usianya serta
diperluas rezekinya, maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi. Agaknya
hadits Nabi ini sejalan maknanya dengan anjuran para dokter dan pengusaha,
yaitu "hindarilah stres dan jalin hubungan yang akrab, niscaya rezeki
akan datang melimpah dan hidup menjadi tenang sehingga usia dapat
bertambah."
Dalam Al-Quran tidak dijumpai satu kalimat pun yang dapat diterjemahkan dengan
"Saya (Tuhan) memanjangkan usia." Redaksi yang digunakan Al-Quran
adalah: Kami memanjangkan usia (QS 35: 37 dan 36: 68)
atau Siapa yang diperpanjang usianya (QS 2:96 dan 35:
11). Bukankah redaksi-redaksi tersebut memberi kesan bahwa manusia dapat
mempunyai keterlibatan dan usaha demi memperpanjang atau memper pendek
usianya?
Marilah kita berusaha untuk memperoleh usia yang panjang dan umur yang banyak
bagi diri kita masing-masing, masyarakat bangsa kita, bahkan umat manusia
seluruhnya.
Disarikan dalam buku Lentera Al Qur’an karya Prof. DR. M. Quraish Shihab
0 komentar:
Posting Komentar