Ramadhan tahun 1446 H hari duapuluh lima
Menurut saya, bangsa yang
hebat adalah a driver nation. “Driver Nation” sendiri hanya bisa dihasilkan
oleh pribadi-pribadi yang disebut “driver”, yang menyadari bahwa ia adalah
mandataris kehidupan, dan pemimpin-pemimpinnya sadar bahwa ia mendapatkan
mandataris dari rakyat untuk melakukan perubahan.
Ada tiga hal yang harus
dilakukan, yaitu bagaiamana men-drive diri sendiri (drive your self), men-drive
orang lain (drive your people), dan men-drive bangsa (drive your nation). Kalau
seseorang tak bisa men-drive dirinya sendir, bagaimana is bisa men-drive orang
lain? Itu berarti tak ada kepemimpinan, taka da yang men-drive bangsa ini.
Jadi, “driver” itu apa? Bukankah di Indonesia ada jutaan orang yang berprofesi
sebagai sopir? Kalau demikian, bisakah Indonesia disebut sebagai a drive
nation?
Tentu bukan itu yang
dimaksud. Driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan
“passanger”. Anda tinggal memilih, ingin duduk manis menjadi penumpang di
belakang, atau mengambil resiko sebagai driver di depan? Di belakang, Anda
boleh duduk sambal ngobrol, makan-makan, bercanda, bahkan ngantuk dan tertidur.
Anda juga tak harus tahu jalan, tak perlu memikirkan keadaan lalu lintas, dan
tak perlu merawat kendaraan. Enak, bukan?
Sebaliknya, seorang driver
bisa hidup di mana pun mereka berada, dan selalu menumbuhkan harapan. Bila
seseorang “passanger” menjadi kerdil karena terbelenggu oleh settingan otak
yang tetap, maka seorang driver akan selalu tumbuh. Mereka mengajak
orang-orangnya untuk berkembang dan keluar dari tradisi lama menuju tanah harapan.
Mereka melakukan pembaharuan-pembaharuan dan menantang keterkungkungan dengan
penuh keberanian.
Mereka berinisiatif memulai
perubahan tanpa ada yang memerintahkan, namun tetap rendah hati dan kaya
empati. Seperti kata CEO Garuda yang dengan teguh memimpin transformasi : Kalau
seseorang terlalu kuat logic, kasian pegawainya. Kalau hatinya terlalu dominan
kasian perusahaannya. Dengan kata lain, seorang driver harus seimbang antara
logic (rasional, hitung-hitungan, Analisa, target) dengan hatinya (empati,
kepedulian, tata nilai)
Disarikan dari Self Driving
karya Rhenald Kasali.
0 komentar:
Posting Komentar