Ramadhan tahun 1446 H hari ketiga
Luqman
al-Hakim adalah sosok yang bijaksana. Kisahnya diabadikan dalam Alquran sebagai
ayah yang menanamkan ketauhidan kepada anaknya. Bukti kebijakannya dalam
menasihati menjadikan namanya diabadikan menjadi nama salah satu surah dalam
Alquran.
Salah satu kunci kebijaksanaan Luqman adalah kegemarannya
menyendiri. Bagi Luqman, duduk lama menyendiri bukanlah berkhayal dan panjang
angan-angan. Duduk menyendiri yang paling bermanfaat adalah tafakur, merenung.
Tafakur
mengandung arti memikirkan, merenungkan, mengingat Allah melalui segala
ciptaan-Nya yang tersebar di langit dan bumi, dan bahkan yang ada dalam diri
manusia sendiri. Tujuan tafakur adalah menumbuhkan kesadaran di dalam diri
tentang kekuasaan, kebesaran, dan keagungan Allah dalam setiap objek
ciptaan-Nya.
Di dalam
tafakur terkandung proses penyingkapan Nama-nama Allah yang Maha indah, al asma’
al husna. Penyingkapan ini akan menambah makrifat (pengetahuan) tentang
Sifat-sifat dan Nama-nama Allah.
Salah satu
cara yang efektif untuk menjernihkan hati dan kesadaran adalah dengan tafakkur.
Hati yang selalu merefleksikan diri adalah ciri penting yang melekat pada
mereka yang berakal pikiran atau berpengertian. Mereka ini adalah kelompok
orang yang berusaha memahami hakikat, makna, ataupun arti dibalik segala
peristiwa yang berlangsung di sekeliling kehidupannya.
Surat Ali
Imran 3 : 191, artinya : “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka”.
Semua itu tidak lain
dimaksudkan untuk menjernihkan dan mempertajam kesadaran atas hakikat
kehidupan, serta membangkitkan semangat menempuh kehidupan yang lurus dan
bersih.
Tafakur
adalah terminal pemberhentian sementara. Merenungi ciptaan Allah dalam bentuk
manusia papa akan membangkitkan energi kesyukuran kita kala melihat ke bawah.
Memikirkan bintang kemintang nan luas akan menghapuskan kebesaran rasa sombong
kita. Membaca ayat-ayat Allah yang tersurat akan meluruskan niat-niat jahat
yang terselip. Semua itu akan bermuara pada sebuah energi kebangkitan, energi
untuk melanjutkan perjalanan pulang. Ia bisa berupa sabar yang mengakar, syukur
yang berdebur, dan total dalam amal.
Sumber bacaan: Spritual
Manajemen karya Sanerya Hendrawan, Ph. D
0 komentar:
Posting Komentar