Rabu, 12 Maret 2025

Published Maret 12, 2025 by with 0 comment

Diam itu Emas

 

Ramadhan tahun 1446 H hari ketigabelas

Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagimana yang disabdakan Rasulullah saw. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam”. HR Bukhari.

Jenis-jenis diam

Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapia da pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam.

Diam Bodoh

Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.

Diam Malas

Diam jenis ini merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

Diam Sombong

Ini pun termasuk diam negative karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya

Diam Khianat

Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakkan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

Diam Marah

Diam seperti ini ada baiknya ada pula buruknya, baiknya adalah dia lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya.

Diam Utama

Yang dimaksud diam diutamakan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan  bahwa enggan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besar disbanding dengan bicara.

Sumber tulisan: Manajemen Qolbu karya KH Abdullah Gymnastiar (AA Gym)

      edit

0 komentar:

Posting Komentar