Ramadhan 1446 H hari ketujuh
“Sesungguhnya dien (agama yang
benar) di sisi Allah adalah Islam” (Ali Imran : 19)
Dalam
bahasa Arab, dien berasal dari dana (tunduk) - yadinu – dinan
(tunduk) yang berarti tatanan atau tatacara hidup Islam. Ada pula yang
memberi makna : perilaku, perhitungan, kekuasaan, ketaatan. At Tabari
menjelaskan bahwa kata dien bermakna ketaatan dan ketundukan.
Dien yang memiliki banyak arti,
sesungguhnya juga untuk tingkatan. Beragama memiliki tingkatan sebagaimana juga
dalam masalah kepintaran, kepandaian. Tingkatan dalam dien antara lain :
Pertama, Islam. Islam berasal dari kata aslama
– yuslimu- islaaman, yang artinya : taat, tunduk, patuh, pasrah, berserah
diri kepada Allah swt. Aslama artinya masuk dalam agama Islam , yang
mengandung maksud pasrah kepada Allah, bertauhid dan tunduk kepadaNya.
Berislam
itu tunduk. Ini memiliki makna bahwa setiap Muslim harus tunduk, patuh kepada
perintah Allah. Berislam itu berserah diri. Artinya bahwa setiap Muslim tidak
boleh setengah-setengah. Karena dalam Islam melibatkan jiwa dan raga. Orang
Islam tidak boleh menerima jiwanya saja atau raganya saja. Harus keduanya.
Utuh. Berislam itu menyelamatkan. Maknanya bahwa setiap Muslim akan selamat,
sebab dalam hidupnya telah menyelamatkan diri dari perbuatan jahat.
Kedua,
Iman. Iman berasal dari
kata aamana dan yukminu, artinya percaya atau membenarkan. Orang
yang beriman berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan amal perbuatan.
Ketika
seseorang mengaku beriman kepada Allah, ia harus membuktikan dalam kehidupan
riil. Ia harus meyakini bahwa Allah saja sebagai pelindung. Ia juga harus
mengikat dirinya dengan perkataan yang baik. Tidak menyakiti keluarga, tetangga
ataupun teman. Semua itu harus dibuktikan dengan kehidupan sehari-hari.
Ketiga,
Ihsan. Ihsan berasal
dari kata Ahsana – Yuhsinu – Ihsanan, artinya berbuat baik atau
seseorang yang dalam beribadah kepada Allah, seakan-akan melihat-Nya (dengan
matahati) jika tidak bisa melihatnya, maka ia yakin bahwa Allah melihat-Nya.
Ihsan
memiliki dua sisi, yaitu memberikan kebaikan kepada orang lain dan memperbaiki
perbuatan dengan menyempurnakannya. Muslim yang baik adalah orang yang
senantiasa melakukan amalan-amalan yang terbaik, menurut kehendak Allah. Dalam
situasi apapun dan kondisi apapun.
Rasulullah
saw, memberi tauladan yang sangat elok. Ketika beliau dicaci maki dan dimusuhi
oleh kaum kafir Quraisy, beliau sedikitpun tidak memiliki rasa dendam. Bahkan
andaikata ada kesempatan berbuat baik kepada yang menghina, Rasulullah saw akan
berusaha melakukannya.
Dalam
riwayat yang lain, ada seorang kafir selalu meludahi Rasulullah saw tatkala
melewati di depan rumahnya. Kejadian ini sering dialami Rasulullah saw ketika
hendak menuju Ka’bah. Namun suatu saat, ketika melewati rumah tersebut, tidak
ada ludah yang meluncur. Rasulullah saw diberitahu, bahwa yang meludahi
sekarang orangnya sedang sakit. Seketika itu Rasulullah saw menjenguk orang
tersebut. Semula orang tersebut sangat membenci, seketika menjadi sangat cinta
kepada Rasulullah saw.
0 komentar:
Posting Komentar