Ramadhan tahun 1446 H hari
keempatbelas
Kisah Nabi Ibrahim dalam
meniti waktu, hingga saat ini adalah peristiwa beliau bersama dengan Nabi
Ismail. Kisah heroik antara ayah dan anak, yang dikemudian hari menjadi sebuah
ritual bagi umat Islam adalah perayaan Iedul Adha. Sang anak (Ismail) berhasil
meyakinkan Nabi Ibrahim bahwa mimpi untuk menyembelih dirinya datang dari Allah
swt.
Nabi Ibrahim memiliki anak
yang kelak menjadi nabi yaitu : Ismail, buah perkawinannya dengan Hajar al-Qibthiyah al-Misriyah.
Kedua bernama Ishaq yang merupakan keturunan dari Sarah. Dikalangan umat Islam
Nabi Ismail lebih banyak dikenal dibanding Nabi Ishaq.
Ishaq adalah putra kedua
Nabi Ibrahim setelah Ismail. Ibunya bernama Sarah yang juga merupakan orangtua dari Nabi
Ya’qub. Nabi Ishaq diutus untuk masyarakat Kan’an (Tanah Kanaan ini luas wilayahnya meliputi Israel,
Lebanon, Yordania, Suriah dan Sebagian Timur Laut Mesir), khususnya di kota Hebron
atau Khalil (sekarang Tepi Barat, Palestina), karena kaumnya tidak mengenal
Allah. Sejarah Nabi Ishaq sangat sedikit diceritakan dalam al Qur’an. Nama
Ishaq disebut dalam al Qur’an setidaknya sebanyak 17 kali.
Sebelum kelahiran Ishaq,
Sarah dan suaminya, Ibrahim, mendapatkan kabar gembira dari Allah melalui
malaikat Jibril. (Dalam versi lain, malaikat utusan Allah menjelma menjadi
manusia. Karena Nabi Ibrahim adalah tipe orang yang senang menjamu tamu, maka
tamu tersebut disambut dengan gembira dan dijamu dengan menyembelih seekor domba.
Malaikat yang menjelma menjadi manusia itu tidak makan. Seketika Nabi Ibrahim
mengetahui siapa orang yang dihadapannya itu. Dia adalah malaikat).
Malaikat Jibril
menyampaikan pesan dari Allah, bahwa Sarah akan melahirkan seorang anak
laki-laki bernama Ishaq yang kelak akan menjadi seorang nabi. Namun, Sarah
tersenyum karena merasa heran dan aneh. Dia merasa aneh karena tidak mungkin
dia dan suaminya dapat memberi keturunan jika usia mereka sudah cukup tua.
Sarah berumur 90 tahun, sementara Nabi Ibrahim telah berusia 120 tahun (versi
lain menulis Nabi Ibrahim berumur 100 tahun). Ishaqpun akhirnya lahir di Kota
Hebron di daerah Kan’an pada tahun 1897.
Bersama Ismail, Ia menjadi
penerus ayahnya untuk berdakwah di jalan Allah. Ketika Ibrahim telah sangat tua,
dan Ishaq pun belum juga menikah, maka Ishaq diperintahkan untuk segera
menikah. Namun, Nabi Ibrahim tidak mengijinkan Ishaq menikah dengan wanita
Kan’an karena masyarakatnya tidak mengenal Allah dan asing terhadap
keluarganya. Karena itu, Ibrahim memerintahkan seorang pelayan untuk pergi ke
Herran, Irak, mencarikan istri buat Nabi Ishaq.Misi yang diemban pembantu
tersebut berhasil didapatkan. Dia membawa seorang perempuan dari keluarganya
(Nabi Ibrahim). Perempuan yang dimaksud itu adalah Rafqah binti Batuwael bin
Nahur, saudara Ibrahim yang kemudian dinikahkan dengan Ishaq.
Setelah 10 tahun menikah
dengan Rafqah, lahirlah dua anak kembar. Anak pertama diberi nama Aish, dan
anak kedua bernama Ya’qub yang memegang kaki saudaranya. Dari Ishaqlah kemudian
terlahir nabi-nabi Bani Israil. Ya’qub memiliki dua belas putra : Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf, dan Benyamin.
Ishaq meninggal pada tahun
1717 SM, pada usia 180 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar