Ramadhan tahun 1446 H hari kelimabelas
Perasaan optimis merupakan
kekuatan yang mampu membangkitkan kemauan untuk berbuat. Ia mampu menumbuhkan
semangat jihad dalam melaksanakan kewajiban, menyingkirkan perasaan malas,
serta menumbuhkan keseriusan dan sikap konsisten. Karena perasaan optimis akan
memanen hasil pertaniannya, maka seorang petani rela berjemur di bawah sengatan
terik matahari, bekerja sepanjang hari.
Karena perasaan optimis
dapat sembuh, maka orang yang menderita sakit rela ditusuk jarum suntik dan
menelan sejumlah pil pahit. Orang mukmin, karena dia optimis akan mendapatkan
keridhaan Allah dan kenikmatan surge, maka dia bersedia melawan hawa nafsu,
mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.
Optimis mutlak diperlukan
demi terealisirnya cita-cita dan terpenuhinya tugas, serta kewajiban.
Seandainya kaum reformis tidak memiliki sikap optimis, tak mungkin mereka maju
di tengah gelanggang perjuangan demi tercapainya perubahan. Karena perasaan
optimislah maka yang jauh menjadi terasa dekat, yang terjal dan berliku terasa
indah.
Lawan dari perasaan optimis
adalah perasaan putus asa. Apabila hati seseorang telah disinggahi oleh
perasaan putus asa, maka semangat untuk berbuatpun menjadi padam sama sekali.
Sedemikian besarnya dampak negatif dari perasaan putus asa, hingga sahabat
Mas’ud ra pernah berkata “Sumber kehancuran manusia ada dua, yaitu perasaan
putus asa dan perasaan bangga diri. Putus asa berarti sirnanya harapan dan
bangga berarti rasa puas, hingga menimbulkan anggapan segala urusan telah
tuntas.”
Iman menumbuhkan optimisme,
sebab orang mukmin percaya akan rahmat dan pertolongan Allah yang dilimpahkan
setiap saat dan di setiap medan usaha. Dia percaya bahwa segala sesuatu
diciptakan secara berpasang-pasangan. Adanya siang sebagai pertanda akan
datangnya malam. Ketika datang kecemasan maka dia pun optimis akan segera
datang pertolongan Allah dalam bentuk keamanan. Ketika derita menghampirinya,
dia pun berkeyakinan bahwa rahmat Allah akan menggantikan derita itu dengan
kebahagiaan.
Disarikan dari buku :
Merasakan Kehadiran Tuhan karya Dr. Yusuf Qardhawi.
0 komentar:
Posting Komentar