Sebagai seorang organisatoris, tentu kemampuan retorika, diplomasi bukanlah barang asing. Bahkan seorang organisatoris persoalan manajemen sudah pekerjaan setiap saat. Bagian dari sebuah organisasi yang besar, tentu memiliki relasi yang banyak dan kuat. Ini tak lain karena tata pergaulannya yang dapat diterima oleh orang lain. Namun tidak semua orang dapat melakukan negosiasi.
Setiap
saat, manakala kita berkomunikasi dengan orang lain, hampir dapat dipastikan memiliki
kandungan negoisasi.Tawar menawar. Dialog yang hendak dibangun mempunyai tujuan
“win-win solution”. Karena semuanya ingin puas. Tak ada yang
direndahkan.
Meskipun
setiap saat kita berunding, namun ada baiknya tips berikut ini dapat dijadikan referensi
atau wawasan agar supaya negoisasi berjalansukses. Menang semuanya.
1.
Persiapan. Setiap orang yang berpidato, pasti dipilah menjadi tiga
bagian besar. Pertama pembukaan, kedua isi dan dilanjutkan penutup atau
kesimpulan. Jadi bagian yang utama dari pidato adalah isi.
Negoisasi
berbeda. Bagian utamanya justru di depan yang merupakan kerangka atu persiapan.
Karena di wilayah ini, hasil dan tujuan negoisasi ditetapkan. Tidak heran,
untuk melakukan negosiasi perlu persiapan yang matang agar memperoleh hasil
yang baik. Demikian pula dari pihak orang lain akan mendapatkan nilai-nilai
yang pantas.
2.
Tahap berbagi. Periode berbagi ini sebagai akibat dari jalannya
negoisasi. Orang yang telah berpengalaman dalam bernegosiasi, ia akan membuka
dengan kalimat-kalimat yang disukai oleh lawan bicara. Dengan menyanjung,
memberi apresiasi terhadap lawan, berarti negoisasi telah berjalan separonya.
Orang lain akan segan manakala diperlakukan sebagai manusia yang memiliki harga
diri.
3.
Tawar menawar. Setelah pembukaan negoisasi berjalan dengan baik, saatnya
kita membuka yang setulus-tulusnya maksud dan tujuan melakukan negosiasi.
Tahapan ini akan diraih secara bersama-sama win-win solution. Kita tidak perlu
pelit terhadap informasi, sebaliknya tidak terlalu memberi informasi yang
berlebihan. Intinya balance.
4.
Penutup dan komitmen. Setelah tawar menawar dalam bentuk jadi, muncullah
komitmen bersama. Hasil perundingan sebagai perjanjian terikat, satu dengan
yang lainnya menghormati itikad bersama. Andai salah satu yang mengingkari dari
perjanjian itu, mungkin tidak ada kepercayan kepada orang itu. Kalau di media
sosial, mengingkari perjanjian akan dikebiri olah orang lain. Meskipun pejabat
pusat.