Jumat, 28 Februari 2025

Published Februari 28, 2025 by with 0 comment

Empat Tipe Kemarahan (1)

 


Ramadhan tahun 1446 H hari pertama

Bagaimana cara mengetahui kualitas kepemimpinan kita sendiri? Pertanyaan ini adalah termasuk yang paling sering saya dapatkan dalam diskusi mengenai kepemim-pinan di berbagai kesempatan.

Untuk bisa mengukur kualitas kepemimpinan Anda tak perlu teori yang susah-susah. Lihat saja apa yang selalu Anda lakukan bila Anda sedang marah! Mengapa demikian? Inti kepemimpinan adalah pengendalian diri. Dalam kungfu dikatakan bahwa rahasia menguasai orang lain adalah menguasai diri sendiri. Penguasaan diri juga merupakan rahasia kemenangan para Musashi dalam memainkan pedangnya.

Sekembalinya dari perang dahsyat, Nabi Muhammad mengatakan, “Kita baru kembali dari peperangan kecil menuju peperangan yang jauh lebih besar, yaitu perang melawan diri sendiri.” Seorang filsuf, David O. Mackay mengatakan, “The Greatest battles of life is fought daily in the silent chamber of soul.” Peperangan paling dahsyat dalam kehidupan kita adalah pertarungan setiap hari dalam relung-relung sunyi jiwa kita.

Masalahnya, ujian bagi pengendalian diri tidak akan kita dapatkan dalam situasi yang tenang dan damai. Dalam situasi yang tenang semua orang pasti dapat mengendalikan diri. Namun tidak demikian halnya dalam situasi-situasi yang sulit dan melibatkan emosi. Berbeda dengan emosi-emosi lainnya seperti sedih, kecewa, dan gelisah, marah merupakan emosi yang paling sulit dikendalikan.

Kemarahan selalu mengandung letupan-letupan emosi dan “gairah” tersendiri untuk melampiaskannya. Marah adalah emosi yang aktif, yang selalu mendorong orang untuk melakukan tindakan. Ini berbeda dengan emosi negatif lainnya yang cenderung pasif. Kemarahan yang memuncak bisa menjadi sumber malapetaka, karena saat emosi bermain, pikiran kita tak lagi berfungsi dengan baik. Kesadaran kita pun akan jauh menurun. Ini tentunya kondisi yang amat berbahaya karena kita bisa saja melakukan sesuatu yang irasional yang akan amat kita sesali di kemudian hari.

Kemarahan yang memuncak amatlah berbahaya karena kita bisa kehilangan satu milik kita yang paling berharga, yaitu pilihan (choice).  Saat marah seakan-akan kita hanya punya satu pilihan yaitu membalas! Pilihan-pilihan lain seolah tertutup. Dan hasilnya hanya satu: Penyesalan yang tak berkesudahan. Kemarahan yang tak terkendali memang amat berbahaya. Di kantor, Anda dituduh korupsi dan diserang dengan berbagai cara sampai Anda marah. Lama-lama batas kesabaran Anda habis. Anda memaki-maki dan memukul orang tersebut. Dan, Anda langsung dipecat. Orang tak perlu tahu apakah Anda terbukti korupsi atau tidak. Yang penting faktanya: Anda memukul orang, dan itu melanggar peraturan di kantor.

Sumber tulisan: Arvan Pradiansyah dalam Life is Beautiful.

Read More
      edit

Kamis, 27 Februari 2025

Published Februari 27, 2025 by with 0 comment

Islam itu Mudah

Sudah menjadi kewajiban seorang Muslim sehari-hari untuk menjalankan segala bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw. Tiada alasan bagi seorang Muslim untuk dengan sengaja meninggalkan ajaran agamanya. Hal ini karena Allah swt telah menegaskan bahwa tujuan diciptakannya manusia di bumi ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Surat Adz Dzariyat 51:56, artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Menilik ungkapan di atas, sepintas terlihat bahwa Islam adalah agama yang ketat, kaku. Seolah tergambar bahwa Islam adalah yang penuh tuntutan, tidak peduli bagaimana pun keadaan serta situasi dan kondisi umatnya. Islam, seakan-akan adalah agama yang beratuntuk dijalankan.

Padahal, tidak demikian agama Islam itu. Justri sebaliknya, Islam adalah agama yang longgar, lentur, sangat mengerti keadaan umatnya. Islam adalah agama yang ringan dan mudah untuk dijalankan.

Kemudahan Islam ini, secara lebih spesifik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, adalah kemudahan yang diberikan secara langsung oleh Allah swt dan Rasul-Nya, yang termaktub dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Contohnya : kemudahan bagi mereka yang sedang dalam perjalanan dapat melaksanakan shalat dengan cara jamak dan atau qasar.

Kedua, adalah kemudahan yang bersumber dari hasil ijtihad manusia karena dalam al-Qur’an maupun hadits, tidak ditemukan petunjuk yang tegas. Sehingga memerlukan penalaran mendalam serta pencurahan daya yang maksimal untuk mengetahuinya. Contohnya : Kemudahan dalam cara menentukan awal Ramadhan dan Idul fitri, Ketika Rukyat (melihat hilal secara langsung) dirasa sulit untuk dilakukan karena berbagai hal , maka digunakan cara hisab (memperhitungkan posisi hilal) yang lebih sederhana dan mudah dilakukan.

Sumber tulisan : 30 Hari Meraih Taqwa jilid 2, diterbitkan oleh : Suara Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY.
Read More
      edit

Minggu, 23 Februari 2025

Published Februari 23, 2025 by with 0 comment

Resiko Hukuman

 

oleh : Dr. Khoiruddin Bashori

Penggunaan hukuman sebagai metode untuk mengoreksi atau mengubah perilaku sering kali menghasilkan efek samping negatif—khususnya luka emosional dan psikologis—yang justru menghambat perkembangan perilaku positif dalam jangka panjang. Pendekatan ini cenderung membuat individu lebih fokus pada upaya menghindari rasa sakit atau konsekuensi negatif daripada memahami alasan dan manfaat dari perilaku yang diharapkan. Akibatnya, alih-alih belajar mengatur diri secara positif, individu justru merasa tertekan, takut, atau bahkan malu, sehingga menurunkan motivasi intrinsik untuk berubah.

Hukuman yang berlebihan atau tidak tepat sasaran dapat menimbulkan luka emosional, seperti rasa malu dan rendah diri. Sering mendapatkan hukuman dapat membuat seseorang merasa tidak berharga atau selalu salah, yang mengganggu pembentukan citra diri yang sehat. Pengalaman hukuman yang menyakitkan juga dapat menimbulkan kecemasan yang berkelanjutan, sehingga individu selalu dalam kondisi was-was dan takut membuat kesalahan. Hukuman bahkan dapat memicu perasaan dendam atau kemarahan, yang berpotensi merusak hubungan interpersonal dan menimbulkan konflik internal.

Psikologi modern banyak mendukung pendekatan penguatan positif daripada hukuman. Dengan memberikan pujian, penghargaan, atau dukungan ketika perilaku yang diinginkan muncul, individu akan lebih termotivasi untuk mengulang perilaku tersebut. Penguatan positif dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri, mendorong pembelajaran internal dan pemahaman konsekuensi positif dari tindakan, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kemandirian, tanpa rasa takut atau tekanan yang berlebihan.

Penggunaan hukuman secara terus-menerus dapat mengakumulasi luka psikologis yang mendalam. Luka ini tidak hanya menghambat kemampuan individu untuk belajar dari kesalahan, tetapi juga dapat memicu gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan masalah hubungan interpersonal. Di sisi lain, strategi pengembangan perilaku yang mendukung pembelajaran dan perbaikan diri cenderung menghasilkan perubahan yang lebih berkelanjutan dan positif.

Strategi yang efektif untuk mengarahkan perilaku adalah dengan mengajarkan individu untuk memahami konsekuensi dari tindakan dan mengembangkan mekanisme pengaturan diri (self-regulation). Dengan demikian, mereka dapat mengidentifikasi dan mengelola emosi secara mandiri, mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menumbuhkan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka sendiri tanpa selalu bergantung pada ancaman hukuman.

Read More
      edit

Kamis, 20 Februari 2025

Published Februari 20, 2025 by with 0 comment

Buku bagai Bejana Tuhan

 

Ajaklah anak-anak kita untuk mencintai buku sejak dini, karena buku akan menjadi sayap yang kokoh untuk terbang mengarungi masa depan.

Buku adalah jendela dunia. Melalui buku, manusia dapat menelusuri titian-titian pikiran, imajinasi, hingga kontemplasi manusia yang hidup dalam ruang dan waktu yang berbeda. Sangat beruntung manusia yang senantiasa memperkaya hatinya dengan senantiasa menyantap buku untuk kebutuhan sehari-hari. Semua itu adalah ayat-ayat Tuhan. Dia-pun senantiasa hadir pada setiap sesuatu, termasuk pada setiap buku. Maka dari itu, kebiasaan membaca buku bagai bejana yang tidak pernah usai menampung setiap informasi (ayat-ayat) dari Tuhan.

Bayangkan bila kebiasaan membuka bejana ayat-ayatNya dimulai sejak dini. Tentu sang anak yang memang sejak kecil telah divine (hebat, istimewa, bersifat ketuhanan) akan semakin kaya dengan limpahan informasi dari Tuhan. Tentu saja, setiap buku itu baik, tetapi tidak semua buku itu tepat untuk anak. Bila demikian, biarkan sang anak yang akan memilih buku (informasi) yang mereka inginkan. Biarkan sang anak yang memilih dan menentukan masa depan dengan buku yang ia genggam. Bukankah seseorang akan seperti apa tergantung buku yang dibaca.

Sumber tulisan: 250 wisdom karya Komaruddin Hidayat.

Read More
      edit

Minggu, 16 Februari 2025

Published Februari 16, 2025 by with 0 comment

Rasa Humor

 


Oleh : DR H. Khoiruddin Bashori

Hidup selalu diwarnai oleh berbagai peristiwa, baik yang menyenangkan maupun yang menantang. Dari perubahan hubungan, tekanan pekerjaan, hingga kejadian tak terduga, setiap individu menghadapi dinamika yang membuat kehidupan terasa berat.

Humor merupakan salah satu strategi coping yang efektif. Ketika menghadapi situasi sulit, tertawa atau melihat sisi lucu dari peristiwa yang terjadi dapat membantu mengurangi intensitas stres. Alih-alih terjebak dalam perasaan negatif, kita diberi kesempatan untuk melepaskan ketegangan secara emosional.

Humor membantu dalam proses “cognitive reappraisal”, yaitu kemampuan untuk menilai ulang situasi yang menekan dengan cara yang lebih positif. Dengan menggunakan humor, seseorang dapat mengubah interpretasi terhadap peristiwa yang awalnya dianggap negatif, sehingga mengurangi beban emosional dan meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Individu yang mampu melihat sisi humor dari situasi sulit cenderung memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi. Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan dan menghadapi tantangan dengan sikap optimis.

Dengan adanya humor, pengalaman negatif tidak mendominasi pikiran, melainkan menjadi bagian dari perjalanan belajar yang membantu membentuk karakter dan kemandirian dalam menghadapi masalah di masa depan.

Read More
      edit

Kamis, 13 Februari 2025

Published Februari 13, 2025 by with 0 comment

POAC


oleh : AMK Affandi

Saat masih aktif sekolah maupun kuliah, saya kadang mengikuti training yang diselenggarakan oleh sekolah/perguruan tinggi ataupun yang diselenggarakan oleh kakak tingkat. Jenis training bermacam-macam, mulai dari doktrin agama sampai training peningkatan kualitas diri. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan diluar jam kuliah. Karena kegiatan semacam ini dianggap masih merupakan ekstra kurikuler, walaupun sekarang kegiatan siswa/mahasiswa sudah masuk dalam kurikulum resmi, namun pengembangannya terus diperlebar.

Banyak ragam kegiatan. Saya tertarik dengan manajemen. Sebab menurut saya manajemen berarti menata. Dapat juga berupa mengelola pribadi, ataupun menata oraganisasi. 

Pada saat mengikuti pelatihan manajemen, saya tertarik pada istilah POAC. Istilah ini merupakan singkatan dari P = programming, O = organizing, A = administrasi dan C = controlling. Dikatakan oleh instruktur maupun pembicara bahwa jika kalian ingin melaksanakan sebuah aktifitas (sendirian maupun berkelompok), dan supaya tujuan dapat dicapai maka gunakanlah rumus POAC.

Programming. Segala sesuatu harus diprogam atau direncanakan. Jangan asal jalan. Dengan perancanaan yang tepat dan terukur, maka sebanarnya Anda sudah menempuh setengah perjalanan.

Organizing. Setelah program ditentukan, segeralah mengatur strategi dan menyiapkan sarana penunjang. Bila kegiatan yang akan ditempuh mengharuskan dengan rekan, maka bagilah tugas dengan kawannya. Pembagian tugas pekerjaan disesuaikan dengan keahlian yang dimiliki. Dengan demikian pekerjaan tidak berat dipikul sendiri, sebab masing-masing telah memperoleh tugasnya.

Administrasi. Perencanaan dan pengorganisasian saja tidaklah cukup. Perlu ada sebuah sarana untuk menghubungkan dua indikator itu, yaitu administrasi. Pencatatan, adalah kamus yang berisi kesepakatan dalam pembagian tugas. Kegiatan yang memakan waktu lama dan melibatkan banyak orang, catatan menjadi sumber dan alat rujukan dalam setiap langkah.

Controlling. Setelah setapak jalan terlaksana, perlu ada control atau evaluasi agar tapak berikutnya berjalan dengan efektif dan efisien. Sistim control berlaku untuk individual maupun kelompok. Dengan melakukan control secara rutin, diharapkan aktifitas akan berjalan sesuai dengan yang diprogramkan.

Sayang seribu sayang, indikator control masih menjadi anak tiri dari empat kaki sebuah bangunan yang bernama “manajemen peningkatan”.

Kita senang sekali membuat program, membentuk kepanitiaan, membuat planning sampai pada kegiatannya sampai begitu mendetail. Namun begitu aktifitas usia, fungsi control/evaluasi menjadi makhluk hantu yang ditakuti. Mungkin diantara kita paling malas kalau membuat laporan. Kalaupun laporan dibuat, masih sebatas pada kewajiban laporan tertulis, dibaca awalnya dan kesimpulannya terus ditumpuk dengan dokumen yang lain. Saat tahun berikutnya menyelenggarakan lagi, kita buat panitia lagi, program lagi, tak pernah sedikitpun menengok evaluasi kegiatan yang lalu.

Read More
      edit

Selasa, 11 Februari 2025

Published Februari 11, 2025 by with 0 comment

Beban Hati

oleh : DR. H. Khoiruddin Bashori

Saat kita menahan perasaan seperti sedih, marah, kecewa, atau penyesalan tanpa mengungkapkannya, emosi-emosi tersebut akan terakumulasi. Hal ini bisa membuat pikiran dan tubuh terasa “berat” karena beban emosional yang tidak dikelola. Secara psikologis, menekan emosi dapat menimbulkan stres kronis, yang jika dibiarkan terus-menerus, berpotensi menimbulkan gangguan kecemasan, depresi, atau bahkan masalah kesehatan fisik.

Menurut teori psikoanalitik, mekanisme pertahanan seperti represi atau penolakan digunakan untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional. Namun, bila mekanisme ini digunakan secara berlebihan, emosi yang “tersembunyi” dapat muncul kembali dengan intensitas yang lebih besar, karena tidak pernah ada ruang bagi pemrosesan atau penyembuhan.

"Mengikhlaskan" berarti menerima kenyataan dan perasaan yang ada tanpa perlawanan berlebihan. Dalam konteks psikologi modern, pendekatan seperti “Acceptance and Commitment Therapy” (ACT) dan “mindfulness” menekankan pentingnya menerima pengalaman emosional secara penuh. Dengan penerimaan ini, seseorang tidak lagi melawan perasaan yang muncul, sehingga proses internal menjadi lebih ringan dan teratur.

Dengan melepaskan beban yang ditahan, kita memberi ruang bagi diri untuk pulih dan berkembang. Ruang hati yang “langgar” secara simbolis menggambarkan kondisi mental yang lebih terbuka, di mana individu bisa menerima pengalaman baru, menjalin hubungan yang lebih sehat, dan menemukan kembali keseimbangan batin. Proses ini memungkinkan pemrosesan emosi secara konstruktif, sehingga mengurangi tekanan internal dan meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Menahan emosi tanpa proses penyembuhan sering kali membuat seseorang terjebak dalam pola pikir yang negatif dan stres yang berkelanjutan. Sebaliknya, dengan belajar untuk mengikhlaskan dan melepaskan beban, individu dapat meredakan konflik internal, mengurangi gejala stres, dan membuka peluang untuk pemecahan masalah yang lebih adaptif dalam kehidupan sehari-hari.

Read More
      edit

Rabu, 05 Februari 2025

Published Februari 05, 2025 by with 0 comment

Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial

 

Sebuah dialog yang cukup menarik antara KHA Dahlan dan muridnya yang bernama H. Soeja’, tentang surat al Ma’un, yang memakan waktu cukup lama.

“Mengapa peladjarannya tidak ditambah-tambah?” Pak H. Soedja’ bertanya.

“Kita sudah apal semua, Kiai”, tambahnya

“Kalau sudah apal, apa sudah kamu amalkan?”, jawab Kyai.

“Apanya jang diamalkan, Kyai? Tukas H. Soeja’

Bukankah surat Ma’un pun berulangkali kami baca untuk rangkapan Fatihah dikala kami salat?” Djawab Pak H. Soedja.

“Bukan itu yang saya maksudkan. Diamalkan, artinya dipraktekkan, dikerdjakan. Rupanya saudara-saudara belum mengamalkannja. Oleh karena itu mulai pagi ini, saudara-saudara agar pergi berkeliling mencari seorang miskin. Kalau sudah dapat, bawa pulanglah ke rumahmu masing-masing. Berilah mereka mandi dengan sabun yang baik, berilah pakaian jang bersih, berilah makan dan minum, serta tempat tidur di rumahmu. Sekarang juga pengajian saja tutup, dan saudara-saudara melakukan petunjuk-petunjuk saya tadi, djawab Kiai.” Inilah awal mula kiprah Muhammadiyah dalam gerakan sosial.

Sekarang organisasi Muhammadiyah semakin berkembang. Jutaan orang menjadi anggota dan sekaligus simpatisan Muhammadiyah. Banyak masalah dijumpai seiring dengan perkembangan jaman. Demikian pula cara untuk menyelesaikannya.

Muhammadiyah tanggap. Seperti yang dilakukan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Klaten. Beberapa waktu yang lalu, hasil Musyawarah Daerah mendesak untuk dibentuk sebuah lembaga yang khusus menangani gerakan dakwah sosial berbasis Masjid. Program yang ditelorkan adalah Dana Kerukunan Warga Muhammadiyah (DKWM).

Apa sebenarnya yang ditangani DKWM? Lembaga ini khusus memberi solusi sebuah gerakan yang berbasis masjid di wilayah Kabupaten Klaten. Masjid bukan saja sebagai tempat untuk sholat, namun dikembangkan lagi, yaitu

  1. Masjid sebagai rumah Allah
  2. Masjid sebagai rumah al Qur’an
  3. Masjid sebagai Baitul Mal
  4. Masjid sebagai Baitul Mu’amalah

Dari keempat fungsi masjid tersebut, PDM Klaten ingin menekankan lagi fungsi masjid sebagai mu’amalah, khususnya tolong menolong. Maka Amanah Musyda tersebut harus disosialisasikan dan didorong sampai tingkat amal usaha untuk melaksanakan DKWM. Karena, DKWM bertujuan untuk meningkatkan ukhuwah dan saling menolong antar sesama warga Muhammadiyah di wilayah Kabupaten Klaten.

Wujud dari DKWM adalah: Pengumpulan iuran anggota, pemberian santunan dan bakti sosial. Ketiga basis gerakan sosial ini menjadi sebuah kewajiban bila masuk menjadi anggota. Iurannya Rp.25.000,00 (Dua puluh lima ribu rupiah) per tahun. Apabila tertimpa kemalangan, maka akan mendapat bantuan yang proporsional.

Bila ingin mengetahui lebih jauh dapat ditanyakan langsungdi Lembaga dan Kerukunan Warga Muhammadiyah (LDKWH) PDM Kabupaten Klaten, Jl Pemuda No. 115 Tonggalan Klaten. Atau dapat menghubungi: Fauziah (08559803835)

Read More
      edit
Published Februari 05, 2025 by with 0 comment

Tasamuh (Toleransi)

 

 

Ramadhan tahun 1446 H hari keenam

Allah berfirman :

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

Artinya : “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (al-Hujuraat 49: 10)

Tasamuh dalam bahasa Arab artinya toleransi. Kata toleransi sendiri juga mempunyai banyak pemahaman : toleransi, tenggang rasa, lapang dada, dan bermurah hati. Inti dari tasamuh atau toleransi ini sebenarnya adalah mempertahankan pendirian pribadi tetapi tetap bersedia menerima pendapat orang lain. Entah itu dari segala segi kehidupan, baik agama, kebudayaan, kondisi sosial, kebangsaan dan kemasyarakatan.

Kita juga harus tahu bahwa yang namanya perbedaan-perbedaan tersebut harus disikapi dengan kepala dingin. Hal ini untuk menghindari pertengkaran, permusuhan dan perselisihan antara manusia satu dengan manusia yang lain.

Dalam sejarah Nabi Muhammad saw, saat hijrah ke Madinah. Ketika itu di Madinah terdiri dari beberapa penduduk yang belum beragama Islam. Meskipun berbeda dengan Nabi Muhammad SAW, penduduk tetap menjaga sikap toleransi yang tinggi. Sehingga semua warga di tempat tersebut juga merasakan kedamaian serta tidak ada rasa paksaan

Contoh kecil lainnya adalah ketika ada seseorang yang sedang menaiki kendaraan bermotornya dan  kemudian melewati perkampungan. Maka ia tetap menjaga suara motornya dan berlaku sopan terhadap penduduk setempat. Maka secara langsung orang tersebut telah menerapkan sikap tasamuh dalam dirinya.

Fungsi dari tasamuh antara lain :

Menciptakan rasa keharmonisan antar sesama manusia baik dalam hidup bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.

1.     Menumbuhkan sikap saling menghormati dan tidak memaksa antar sesama manusia.

2.     Menciptakan rasa rukun antar umat beragama satu sama lain

3.     Menumbuhkan rasa cinta terhadap sesama umat manusia

4.     Tetap menghargai pendapat orang lain, meski terdapat perbedaan pendapat satu sama lainnya.

Semoga dengan sedikit keterangan yang ada di atas bisa membantu kita untuk lebih memahami ajaran-ajaran terpuji yang ada dalam agama Islam.

Read More
      edit