وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَاۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Tidak
satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh
Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua
(tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Surat Hud: 6)
Ahad,
3 Maret 2024 bertempat di Masjid Al Akrom Duwetan RW 02, Candirejo, Ngawen
Klaten telah diselenggarakan “ngamalin” (Pengajian Malam Senin). Berkenan
memberi tausiah adalah Prof. Kusnadi Ikhwani, Ketua Takmir Masjid al Falah
Sragen, yang memiliki brand Masjid Percontohan Nasional.
Acara
ini dikemas dalam suasana yang familier, mengalir beberapa petuah dan trik-trik
cara memakmurkan masjid.
Untuk
mengawali agar masjid terasa membara, dimulai dari kegiatan Ramadhan. Titik
inilah yang sangat tepat, saat jamaah sedang semangat beribadah. Pak Kus,
demikian nama panggilannya, mengelola infaq Ramadhan menjadi sebuah aksi yang
langsung menyentuh masyarakat. Bukan hanya jama’ah. Baginya, infaq harus
disalurkan dan dirasakan di lingkungan masjid.
Tak
heran bila, Ramadhan tahun lalu, masjid al Falah yang terletak di Jalan Raya
Sukowati, Kuwungsari, Sragen Tengah mampu mengelola Rp.52,5 juta perhari hanya
untuk menyediakan buka bersama. Uang tersebut, berasal dari jamaah
diperuntukkan untuk umum. Takmir mengelola amanah dalam bentuk buka bersama
yang disajikan dengan piring. Bukan dengan kardus, atau dibungkus. Sebab bila
memakai kardus, ada kemungkinan besar, makanan tersebut dibawa pulang. Tidak
sesuai dengan ghirahnya, yaitu buka bersama di Masjid.
Ada
bentuk-bentuk kegiatan lainnya, sehingga masjid tersebut menjadi rujukan dalam menangani
manajemen masjid. Tua, muda, bahkan anak pelajar yang masih duduk di Sekolah
Dasar, semuanya bergerak. Mereka mengambil peran masing-masing, namun masih
dalam satu komando. Ketika ditanya, adonan apa sehingga memiliki masjid yang
bukan saja megah secara fisik, namun hingar binger dalam aktivitasnya.
Sebenarnya
ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh sebuah masjid, namun kami mencoba
mengurai secara sederhana dua saja.
Pertama,
wifi – nasi – kopi. Al Falah tidak buta terhadap perkembangan teknologi.
Menyediakan piranti nir kabel secara gratis di area masjid, menjadikan jamaah
krasan di masjid. Nasi, adalah kebutuhan pokok. Jangan sampai jamaah dalam
melakukan ritualnya dalam keadaan lapar. Adapun kopi memiliki filosofi
kebersamaan, kesetaraan, alat pancing ide-ide segar. Dari situlah diramu
menjadi sebuah Gerakan.
Kedua,
masjid – subuh – qur’an. Masjid adalah tempat “sambat” kepada sang
khalik. Bila merujuk ittiba rasul, masjid adalah tempat mengolah
stategi. Sudbuh adalah waktu yang istimewa. Sedangkan Qur’an adalah pedoman,
sandaran, petunjuk hidup.
0 komentar:
Posting Komentar