Selasa, 17 Desember 2024

Published Desember 17, 2024 by with 0 comment

Hikmah Ujian Hidup: Menemukan Kedekatan dengan Allah


 
PERTANYAAN

Bagaimana memahami Surat al Baqarah ayat 286 yang berbunyi "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya"

Namun, dalam realita kehidupan, contohnya seperti ini: ada seseorang yang meninggal karena penyakit kanker dan dia merasakan sakit hingga meninggal. Ada juga orang yang saking stresnya sampai menjadi gila, tetapi dia tetap menerapkan iman dan dzikir. Di kampung saya sendiri, ada seorang yang gila tapi tetap salat.

Apakah Allah menguji mereka dengan sakit, tetapi mereka tidak tahan? Sementara dalam ayat tersebut Allah berfirman bahwa Dia tidak menguji seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Kita kan tahu bahwa manusia diujinya sesuai dengan tahap toleransi, kesabaran, dan kemampuan mereka masing-masing. Mohon penjelasannya, Ustaz. Terima kasih.

 JAWABAN

Baik, saya langsung saja agar tidak terputus dan agar feel-nya dapat dirasakan. Saya ingin bercerita sedikit.

Pada suatu ketika, di awal saya pulang ke Indonesia dan mengajar di Bekasi, saya diundang ke sebuah pengajian khusus ibu-ibu perempuan yang diadakan setiap hari Kamis. Saat itu, berlangsung kajian pertama yang penuh antusias. Namun, ketika kajian kedua, tiba-tiba salah seorang ibu yang biasanya hadir tidak tampak.

Dari belakang, terdengar seseorang mulai menangis. Saya bertanya, “Kenapa menangis?” Salah seorang ibu menjawab, “Ustaz, si fulanah tidak bisa bersama kita hari ini karena sedang berjuang melawan penyakit. Mohon doakan, Ustaz.”

Saya pun menjawab, “Baik, mari kita doakan setelah kajian selesai.” Namun, tidak sampai lima menit kemudian, suara isakan terdengar lagi. Saya bertanya lagi, “Ada apa, Bu?” Ibu itu menjawab, “Ustaz, yang tadi kita doakan, sudah berpulang ke rahmatullah.”

Kami pun segera bertakziah. Anda tahu apa yang terjadi? Almarhumah, yang dulunya seorang pramugari, memiliki perjalanan hidup yang sangat luar biasa.

Sebagai pramugari, tentu beliau banyak berkecimpung dalam dunia yang penuh tantangan untuk berhijab atau terlibat dalam pergaulan yang berbeda. Namun, di ujung hidupnya, beliau memutuskan berhenti dari pekerjaannya dan mengaktifkan sisa hidupnya untuk memperdalam Islam.

Ketika pertama kali mengikuti pengajian, tak lama setelah itu, beliau didiagnosis kanker. Sakitnya menjadi alasan beliau untuk fokus mendekat kepada Allah. Kajian kedua yang sempat diikuti menjadi kajian terakhir sebelum beliau harus dirawat di rumah sakit hingga akhir hayatnya.

Saat kami takziah, yang hadir adalah ibu-ibu dari pengajian, teman suaminya dari jamaah Subuh, serta teman-teman lingkungan masjidnya. Teman seprofesinya hanya mengirimkan bunga sebagai tanda belasungkawa.

Saya sampaikan dalam takziah tersebut, “Subhanallah, ini adalah cara Allah memuliakan hamba-Nya. Sakit yang beliau alami adalah bentuk isolasi dari kegiatan sebelumnya, agar beliau fokus hanya menyebut nama Allah. Ketika Allah merasa cukup atas perubahan dan amal baiknya, beliau dijemput dalam keadaan yang baik.”

Dosa-dosa beliau digugurkan, pahala diberikan, dan beliau dimuliakan oleh Allah. Kepergiannya diantar oleh orang-orang dari lingkungan ibadahnya.

Yang ingin saya sampaikan adalah, apa pun yang Allah tetapkan kepada kita, seperti sakit, kanker, atau cobaan lainnya, hakikatnya adalah ujian hidup.


Ujian hidup dan tujuan mengenal Allah
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah: 286)

Apa pun bentuk ujian, semuanya memiliki rasa yang serupa: kesedihan, ketakutan, atau rasa kehilangan. Namun, tujuan utama dari ujian hidup adalah agar kita mengenal Allah.

Semua yang kita alami, baik itu kesenangan atau kesedihan, pada akhirnya adalah sarana untuk mengenal Tuhan. Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan:

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (QS Ali Imran: 190)

Dalam hidup, kita bisa mengenal Allah melalui rasa syukur atau sabar.


Contoh Nabi Ayub
Mari kita lihat kisah Nabi Ayub. Beliau diuji dengan kehilangan seluruh kekayaan, wafatnya 12 anaknya dalam satu hari, hingga penyakit berat yang tidak pernah dialami manusia sebelum dan sesudahnya.

Namun, dalam segala musibah itu, Nabi Ayub tetap bersyukur dan sabar. Saat istrinya berkata, “Mengapa tidak memohon kepada Allah untuk kesembuhan?” Nabi Ayub menjawab, “Berapa lama Allah memberi kita kesehatan dan kekayaan? Jika dibandingkan dengan masa ujian ini, aku malu meminta sebelum ujian ini selesai.”

Kisah ini disebutkan dalam Al-Qur’an:

“Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia berdoa kepada Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkaulah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.’ Maka Kami kabulkan doanya…” (QS Al-Anbiya: 83–84)

Nabi Ayub memohon kesembuhan bukan karena ingin sehat semata, tetapi agar dapat kembali beribadah dengan sempurna kepada Allah. Ini adalah pelajaran bahwa ujian sakit atau sehat hanyalah jalan untuk mendekat kepada Allah.

Jadi, apa pun kondisi kita, sehat atau sakit, semuanya adalah titipan dari Allah. Yang terpenting adalah bagaimana kita menjadikan setiap kondisi tersebut sebagai peluang ibadah untuk mengenal dan mendekat kepada Allah.

Semoga kita dapat menghadapi ujian hidup dengan rasa syukur dan sabar, sebagaimana yang dicontohkan oleh para nabi dan orang-orang shalih. Wallahu a’lam bish-shawab

Sumber berita: https://www.tabligh.id/2024/11/22/hikmah-ujian-hidup-menemukan-kedekatan-dengan-allah/

 

      edit

0 komentar:

Posting Komentar