Sabtu, 28 Juni 2025

Published Juni 28, 2025 by with 0 comment

Kalender Hijriah Global Bukan Sekadar Mungkin, Tapi Mendesak untuk Persatuan Umat

 

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Syamsul Anwar, menegaskan bahwa pembuatan kalender Hijriah global tunggal bukan hanya memungkinkan, tetapi juga menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam di seluruh dunia. Hal tersebut ia sampaikan dalam seminar internasional dan peluncuran Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang diselenggarakan Muhammadiyah di Convention Hall Masjid Wahidah Dahlan, Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.

“Sebagian orang bertanya: mungkinkah menyatukan awal bulan Qamariyah di seluruh dunia? Jawabannya: tentu saja mungkin,” tegas Prof. Syamsul. Ia mencontohkan, kalender Masehi digunakan seragam di seluruh dunia, mengapa kalender Hijriah tidak bisa demikian?

Prof. Syamsul menjelaskan, sejak masa awal, umat Islam sudah memiliki kalender sendiri, namun bentuknya masih sederhana, yakni kalender numerik—bulan ganjil ditetapkan 29 hari, bulan genap 30 hari. Sistem ini, meski berguna, tidak mencerminkan realitas astronomis yang sebenarnya, karena tidak mempertimbangkan peredaran bulan.

“Salah satu kelemahannya, Ramadan selalu ditetapkan 30 hari, padahal dalam kenyataannya bisa 29 atau 30 hari,” jelasnya.

Kalender numerik ini bertahan hingga abad ke-19. Memasuki abad ke-20, umat Islam mulai mencari sistem kalender yang lebih akurat secara ilmiah, namun belum berhasil menemukan format global yang bisa diterapkan secara seragam. Baru pada tahun 2016, sebuah titik temu mulai tampak.

Dalam konferensi internasional di Istanbul pada 2016, delegasi dari lebih dari 50 negara menyepakati perlunya kalender Hijriah global berbasis hisab (perhitungan astronomis). Konferensi tersebut menyatukan visi para ahli falak dan pemimpin keagamaan dari berbagai negara untuk membentuk sistem penanggalan yang ilmiah dan seragam.

“Jadi, kalender ini bukan ide baru. Ia kelanjutan dari tradisi Islam dalam mengatur waktu yang kini disempurnakan dengan metode modern,” ujar Prof. Syamsul.

Menjawab pertanyaan apakah Al-Qur’an atau Sunnah secara eksplisit memerintahkan penggunaan hisab, Prof. Syamsul menjawab: tidak. Namun, secara metodologis, Al-Qur’an dan hadits memberikan arah yang mendukung pendekatan ilmiah dalam penetapan waktu.

“Sebagai contoh, Allah berfirman: Umat ini adalah umat yang satu. Maka wajar jika kita memiliki sistem kalender yang juga satu,” katanya.

Selain itu, ia mengutip ayat: Dan tidaklah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hal ini menegaskan sifat universal Islam yang menuntut sistem ibadah yang seragam dan inklusif, termasuk dalam hal penanggalan.

Menurut Prof. Syamsul, usulan penggunaan kalender lokal atau regional hanya akan memperbesar perbedaan. Kalender seperti itu tidak bisa disebut kalender karena gagal menyatukan waktu secara sistemik dan global.

Kalender Islam, menurutnya, harus memenuhi tiga syarat utama, yaitu mencerminkan keutuhan ajaran Islambersifat universal dan didasarkan pada metode ilmiah yang disepakati, yakni hisab falak modern.

“Kita tidak perlu membangun sistem baru. Dunia Islam telah sepakat sejak 2016. Tugas kita hari ini adalah menerapkannya secara konsisten,” pungkasnya.

Prof. Syamsul mengakhiri sambutannya dengan ajakan untuk tidak lagi memperdebatkan dasar kalender Hijriah, melainkan fokus pada implementasinya. Ia juga menyampaikan permohonan maaf jika ada penjelasannya yang kurang dipahami karena keterbatasan bahasa.

“Kalender Hijriah global adalah simbol kesatuan, bukan sekadar alat penanda waktu,” ujarnya.

 

Read More
      edit

Sabtu, 21 Juni 2025

Published Juni 21, 2025 by with 0 comment

Berani Berinovasi

 


Oleh : DR. Khoiruddin Bashori

Inovasi adalah hasil dari proses kreatif yang melibatkan pemikiran divergen, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide atau solusi yang berbeda dari yang sudah ada. Inovasi membutuhkan kemampuan untuk melihat masalah dari sudut pandang yang baru dan menggabungkan informasi yang sudah ada dengan cara yang unik.

Kreativitas muncul dari proses mental seperti konseptualisasi, eksplorasi, dan transformasi ide. Orang yang mampu berinovasi biasanya memiliki kemampuan kognitif yang fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman baru. Pemenang adalah individu yang mampu berpikir di luar kotak dan menghasilkan solusi yang lebih efektif-efisien dibandingkan orang lain.

Individu yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berprestasi cenderung lebih termotivasi untuk menciptakan inovasi. Mereka tidak takut mengambil risiko dan selalu mencari cara untuk meningkatkan diri. Tanpa keberanian ini, seseorang mungkin akan tetap berada di zona nyaman dan tidak mampu memimpin perubahan.

Individu seringkali dipengaruhi oleh norma-norma kelompok atau tekanan sosial untuk mengikuti apa yang sudah ada. Namun, inovator adalah orang yang mampu melawan tekanan ini dan menawarkan ide-ide baru, meskipun mungkin dianggap tidak populer pada awalnya.

Inovasi dan keberanian menawarkan karya kreatif adalah faktor kunci yang membedakan pemenang dan pecundang. Pemenang adalah individu yang mampu berpikir kreatif, mengambil risiko, dan memimpin perubahan, sementara pecundang mungkin terjebak dalam pola pikir konvensional dan takut menghadapi tantangan.


Read More
      edit

Kamis, 05 Juni 2025

Published Juni 05, 2025 by with 0 comment

Harapan Seorang Mukmin

 

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam". 

Kalimat ini adalah doa iftitah yang sering dibaca dalam sholat, terutama dalam sunnah. Doa ini juga merupakan pengingat bagi setiap muslim untuk selalu beribadah dan beraktivitas dengan niat dan tujuan yang lurus, yaitu semata-mata karena Allah. 

Dalam tafsir Departemen Agama RI, Katakanlah, wahai nabi Muhammad, sesungguhnya salatku yang aku kerjakan selama hidupku, ibadahku atau kurbanku, hidupku dengan berbagai amalan yang aku kerjakan selama itu, dan matiku dengan membawa iman dan amal saleh, hanyalah untuk Allah, tuhan seluruh alam, bukan untuk lain-Nya.

Ayat ini menegaskan tentang keharusan manusia untuk mengabdi hanya kepada Allah, baik dalam bentuk ibadah ritual atau lainnya, semenjak hidup sampai mati. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam bentuk apa pun, karena hal itu mustahil bagi Allah.

Karena semua pasrah hanya kepada Allah, maka bagi seorang muslim harus memiliki harapan. Dengan harapan hidup menjadi bermanfaat, tidak terlalu jauh dalam urusan duniawi, karena kelak ada kehidupan yang lebih kekal. Sebagaimana perjuangan Nabi Ibrahim dalam menegakkan kalimat Allah.

Harapan seorang mukmin adalah harapan akan rahmat, kemudahan, dan pertolongan Allah SWT dalam segala keadaan. Mukmin memiliki harapan besar pada Allah, percaya bahwa segala masalah dapat diselesaikan melalui ikhtiar, doa, dan tawakal kepada-Nya. 

  • Seorang mukmin selalu memiliki harapan akan rahmat, pertolongan, dan kemudahan dari Allah SWT. 
  • Seorang mukmin percaya bahwa Allah SWT akan selalu ada untuk membantu dan memberikan yang terbaik. 
  • Harapan harus diimbangi dengan upaya (ikhtiar), doa, dan tawakal kepada Allah SWT. 
  • Seorang mukmin berpikir positif tentang Allah SWT dan berharap akan kebaikan dan rahmat-Nya. 
  • Sabar dalam menghadapi maksiat. Ketika menghadapi musibah, seorang mukmin bersabar dan tetap berharap akan pertolongan Allah SWT. 
  • Mukmin selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. 

Imam dan Khotib: H. Sarwanto, S.Ag.

Read More
      edit