Sabtu, 31 Mei 2025

Published Mei 31, 2025 by with 0 comment

Dampak Perfeksionisme

Perfeksionisme adalah pola pikir yang ditandai oleh harapan yang sangat tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain. Orang yang perfeksionis cenderung memiliki standar yang sangat tinggi, menghindari kegagalan, dan merasa tidak puas dengan hasil pekerjaan, meskipun hasil tersebut mungkin sudah dianggap baik oleh orang lain.

Perfeksionis tidak hanya ingin segala sesuatu sempurna, tetapi mereka juga merasa perlu untuk merencanakan setiap aspek kehidupan, bahkan mimpi, dengan cermat. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan yang berlebihan dan stres, karena ketakutan terhadap kesalahan atau kegagalan yang mungkin akan terjadi.

Perfeksionis cenderung mengaitkan nilai diri mereka dengan pencapaian atau hasil. Ketika hasilnya tidak sesuai dengan harapan yang tinggi, mereka dapat merasa tidak berharga. Bagi perfeksionis, proses perencanaan dan pengorganisasian mimpi menjadi sangat penting, karena mereka berusaha untuk mengontrol hasil agar sesuai dengan standar sempurna.

Untuk mengatasi kecenderungan perfeksionis yang berlebihan, kita dapat melakukan reevaluasi standar. Mempertimbangkan ulang standar yang telah ditetapkan dan mengubahnya menjadi lebih realistis dan fleksibel. Dengan mengelola harapan sesuai dengan kemampuan, beban batin menjadi lebih ringan.

Mengembangkan praktik kesadaran (mindfulness) dapat pula membantu individu untuk menerima ketidaksempurnaan, menghargai proses, dan menyadari bahwa kegagalan atau kesalahan adalah bagian dari pengalaman hidup yang berharga. Kegagalan tidak jarang justru menjadi batu pijakan untuk kesuksesan lebih besar di masa depan.

Read More
      edit

Senin, 19 Mei 2025

Published Mei 19, 2025 by with 0 comment

Negosiasi

 

Sebagai seorang organisatoris, tentu kemampuan retorika, diplomasi bukanlah barang asing. Bahkan seorang organisatoris persoalan manajemen sudah pekerjaan setiap saat. Bagian dari sebuah organisasi yang besar, tentu memiliki relasi yang banyak dan kuat. Ini tak lain karena tata pergaulannya yang dapat diterima oleh orang lain. Namun tidak semua orang dapat melakukan negosiasi.

Setiap saat, manakala kita berkomunikasi dengan orang lain, hampir dapat dipastikan memiliki kandungan negoisasi.Tawar menawar. Dialog yang hendak dibangun mempunyai tujuan “win-win solution”. Karena semuanya ingin puas. Tak ada yang direndahkan.

Meskipun setiap saat kita berunding, namun ada baiknya tips berikut ini dapat dijadikan referensi atau wawasan agar supaya negoisasi berjalansukses. Menang semuanya.

1. Persiapan. Setiap orang yang berpidato, pasti dipilah menjadi tiga bagian besar. Pertama pembukaan, kedua isi dan dilanjutkan penutup atau kesimpulan. Jadi bagian yang utama dari pidato adalah isi.

Negoisasi berbeda. Bagian utamanya justru di depan yang merupakan kerangka atu persiapan. Karena di wilayah ini, hasil dan tujuan negoisasi ditetapkan. Tidak heran, untuk melakukan negosiasi perlu persiapan yang matang agar memperoleh hasil yang baik. Demikian pula dari pihak orang lain akan mendapatkan nilai-nilai yang pantas.

2. Tahap berbagi. Periode berbagi ini sebagai akibat dari jalannya negoisasi. Orang yang telah berpengalaman dalam bernegosiasi, ia akan membuka dengan kalimat-kalimat yang disukai oleh lawan bicara. Dengan menyanjung, memberi apresiasi terhadap lawan, berarti negoisasi telah berjalan separonya. Orang lain akan segan manakala diperlakukan sebagai manusia yang memiliki harga diri. 

3. Tawar menawar. Setelah pembukaan negoisasi berjalan dengan baik, saatnya kita membuka yang setulus-tulusnya maksud dan tujuan melakukan negosiasi. Tahapan ini akan diraih secara bersama-sama win-win solution. Kita tidak perlu pelit terhadap informasi, sebaliknya tidak terlalu memberi informasi yang berlebihan. Intinya balance.

4. Penutup dan komitmen. Setelah tawar menawar dalam bentuk jadi, muncullah komitmen bersama. Hasil perundingan sebagai perjanjian terikat, satu dengan yang lainnya menghormati itikad bersama. Andai salah satu yang mengingkari dari perjanjian itu, mungkin tidak ada kepercayan kepada orang itu. Kalau di media sosial, mengingkari perjanjian akan dikebiri olah orang lain. Meskipun pejabat pusat.


Read More
      edit

Selasa, 13 Mei 2025

Published Mei 13, 2025 by with 0 comment

Ranting itu Penting. Cabang itu Terpandang


Kalau ada orang Muhammadiyah yang tidak suka kemajuan, itu jelas bukan orang Muhammadiyah. KHA Dahlan menghendaki agar Muhammadiyah senantiasa berfungsi sebagau sumbu kemajuan, Demikian Prof. Din Samsudin pernah bertutur.

Dengan semboyan Islam berkemajuan sebagaimana yang dicanangkan sang pendiri, Muhammadiyah seharusnya maju, berada dalam di depan komunitas atau kelompok masyarakat lainnya. Ini seharusnya menjadi watak dasar setiap aktivis Muhammadiyah. Setiap gerak persyarikatan makin bergairah dalam beramal. Dengan demikian, Muhammadiyah makin lama makin maju.

Tentu saja, bagi Muhammadiyah, maju tidak asal maju, tapi maju yang berkualitas. Harus berpijak pada al Qur’an “Berlomba-lombalah dalam kebajikan”. Ayat ini kita ibaratkan sebagai sebuah pijar yang tak lekang oleh waktu. Dorongan untuk motivasi. Sehingga kuncinya bukan pada perlombaannya, tapi pada keunggulan dari kebaikan kita.

Di antara begitu banyak karya Muhammadiyah yang unggul, terasa sekali pada kehadiran banyak Cabang atau PCM yang memiliki keunggulan dan prestasi. Hal ini pasti dipacu oleh ruh-ruh al Qur’an yang dimanifestasikan dalam gerakan nyata. Apalagi, di dorong oleh lingkungan daerah yang memiliki otonomi. Pada era otonomi itulah, roda penggerak masyarakat berada di tingkat kota atau kabupaten. Akan tetapi pusat pertumbuhannya justru terletak di kecamatan dan kelurahan. Disitulah keberadaan PCM/PCA dan PRM/PRA.

Sebagaimana sebuah grafik yang bersifat rutinitas, ada ritme menanjak dan ada pula jalan menurun. Ini terlihat sekali pada saat-saat menjelang Muktamar. Disitulah gemuruh warga Muhammadiyah. Di segala lini Pimpinan terasa geliat organisasinya. Mulai dari aneka lomba keorganisasian, kajian-kajian, atau konsolidasi organisasi. Disatu sisi tampak menggembirakan. Namun di posisi lain tampak kelesuan akibat rutinitas.

Untuk menjaga serta meningkatkan keberadaan persyarikatan, kita harus secara terus menerus berfastabuqul khairat dan bersikap al-ghirrah ‘ala-ddin, yaitu mengambil pelajaran dari kemajuan orang lain. Kemudian kita terapkan dan jalankan dalam hidup kita. Cara seperti ini, sangat penting bagi warga Muhammadiyah. Sebab, melalui kebaikan, inovasi, dan kerasi bagi kepentingan umat dan kemanusiaan secara lebih luas.  

Bahan bacaan : "Muhammadiyah untuk semua" karya Prof. DR. HM Din Samsudin, MA

Read More
      edit

Sabtu, 10 Mei 2025

Published Mei 10, 2025 by with 0 comment

Jangan Mengagungkan Sejarah

 

Percikan perpecahan dalam tubuh Islam dapat ditengarahi dari pengangkatan Usman bin Affan sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khattab. Intrik demi intrik mewarnai perjalanan pemerintahan Usman. Kelompok yang cukup intens mengkritik adalah pengikut Ali bin Abi Thalib.

Anak buah Ali cukup punya alasan mengapa mereka begitu getol untuk mendudukkan Ali sebagai pengganti nabi Muhammad, bukan Abu Bakar. Menurut silsilah Quraisy, Ali memiliki jalur dari bani Hasyim. Yang membuat cukup validitas adalah menantu Rasulullah. Itulah sebabnya peristiwa karbala menyisakan luka yang cukup dalam hingga kini.

Marwan bin Abu Sufyan, juga mengklaim sebagai keturunan resmi garis Quraisy dari jalur Abdu Syam. Padahal apabila dari pihak yang bertikai mau mempelajari bagaimana Rasulullah memberi contoh berdemokrasi, yaitu tatkala menyatukan empat suku yang rebutan ingin meletakkan batu hitam (hajar aswad), mestinya tidak akan terjadi saling membinasakan.

Sejarah telah menorehkan peristiwa tanpa memihak. Sejarah tetaplah dokumen untuk dibaca. Adapun akan menjadi sebuah pemelajaran, evaluasi, ataukah berserakan seadanya, tetap kembali kepada manusia untuk memanfaatkannya. Mereka yang terus mengagungkan dan menjunjung tinggi kelompoknya, memiliki alasan tersendiri. Namun ingat, ada kelompok lain yang berseberangan jalan. Fraksi lain juga akan menempuh jalan yang sama. Sehingga satu dengan lainnya akan secara terus menerus mendewakannya.

Syafi’i Ma’arif, melihat ini dengan hati yang gundah. Islam telah terkotak-kotak sesuai dengan keyakinan masing-masing. Padahal al Qur’an sebagai Rahmatan lil’alamin. Topeng agama sering dipakai semata-mata untuk menyamarkan rencana jahatnya, demi kekuasaan duniawi yang disembunyikan. Dengan kedok agama, tindakan perampokan, penjarahan, pembunuhan, penculikan, dan pemerkosaan seperti mendapat pembenaran secara teologis.

Lebih jauh, beliau mengatakan: tanpa ada kesediaan umat Islam untuk keluar dari kotak-kotak Arab yang telah menguasai pemikiran Muslim sejagat selama berabad-abad, apa yang sering dikatakan sebagai kebangkitan Islam hanya akan berujung dengan sebuah ilusi sejarah yang meninabobokan. Oleh karena itu, erlu dibangun sebuah Islam yang relative bebas dari beben sejarah yang sangat melelahkan.

Islam yang berjubah suniisme, syi’isme, mu’tazilah, jabariyah, dan Khawarij adalah ciptaan sejarah sebagai buah dari sengketa politik kekuasaan di kalangan elite Arab Muslim pada masa awal dengan mengingkari al Qur’an dan pesan kenabian. Pihak-pihak yang bermusuhan selalu saja mengutip teks-teks suci, tetapi yang berlaku di lapangan adalah pengkhianatan terhadap teks itu.

Bahan bacaan: Percik-percik Pemikiran Buya Syafi’i

Read More
      edit

Senin, 05 Mei 2025

Published Mei 05, 2025 by with 0 comment

Revivalisme model Muhammadiyah

 


Revivalisme berasal dari kata revival yang artinya kebangkitan kembali, kebangunan baru. Bangkit kembali dalam konteks keagamaan, sosial, maupun budaya. Adapun kata revivalis adalah orang atau kelompok yang melakukan.

Secara sederhana, revivalisme merujuk pada periode atau gerakan kebangunan rohani dalam suatu komunitas agama, dimana terjadi peningkatan signifikan dalam minat, komitmen dan pengalaman religius di antara anggotanya. Hal ini ditandai dengan konversi masal, pembaharuan moral dan etik, serta munculnya semangat baru untuk pelayanan dan misi.

Runtuhnya Bani Abbasiah di Baghdad pada tahun 1258, setelah bercokol selama 500 tahun akibat dari serangan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan, merupakan peristiwa yang penting untuk kebangkitan umat Islam. Revivalisme dalam Islam berarti bangkit kembali, atau usaha menghidupkan kembali spirit keislaman dari kejatuhan atau kemunduran dengan mengajarkan kembali sesuai yang asli, yang dianggap telah berubah.

Untuk menunjukkan bahwa revivalisme, dapat dijadikan pembanding, bahwa revivalisme lebih dominan untuk komunitas keagamaan. Pada abad ke-18 ada tiga peristiwa yang patut dicatat.

Pertama, Kebangunan Besar (The Great Awakening) di Amerika Utara, yaitu serangkaian kebangunan rohani Protestan yang memiliki dampak besar pada pembentukan identitas Amerika dan mendorong semangat individualisme religius.

Kedua, Gerakan Metodis di Inggris, yang dipimpin oleh John Wesley. Gerakan ini menekankan pengalaman pribadi akan kasih karunia Tuhan dan mendorong pelayanan sosial yang aktif.

Ketiga, Gerakan Wahabi dalam Islam, didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1792). Sebuah gerakan reformasi di Jazirah Arab yang menyerukan pemurnian ajaran Islam dari inovasi-inovasi yang dianggap bid'ah.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tak luput dari atmosfir revivalisme. KHA Dahlan, sebagai pendiri Muhammadiyah, lebih memilih jalur dari Jamaluddin al Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha dibanding dengan model Muhammad bin Abdul Wahab yang puritan. Gerakan wahabi yang eksklusif, menerapkan ajaran sesuai teks (tanpa kaidah Bahasa, ulumul qur’an, ulumul hadits), sering melontarkan tuduhan tahayul, bid’ah, adalah pemikiran yang sempit.

Ada yang menyebut bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi yang menggerakkan “revivalis liberal”. Artinya berbeda dengan komunitas lain yang juga sama-sama penyandang revivalisme Islam. Daliar Noer menamakan Muhammadiyah sebagai “Islam modern”.

Muhammadiyah, meskipun sering ditautkan dengan gerakan pembaharua Islam sebelumnya, termasuk dengan Muhammad Abduh, secara khusus memiliki karakteristik yang berbeda. Muhammadiyah lebih maju, karena gerakan Islam ini memelopori lahirnya institusi sosial modern. Selain lembaga pendidikan, Panti Asihan Yatim (PAY), mendirikan organisasi Islam perempuan Aisyiyah yang tidak ada di belahan dunia Islam manapun kala itu.

Saat ini ada 31 badan pembantu sesuai dengan keputusan muktamar ke-48, dengan rincian 13 majelis, 15 lembaga dan 3 biro, untuk membantu Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya. Dimasa depan akan bertamabah sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab tantangan jaman. 

Meskipun redaksi selalu berubah, Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk selalu menjunjung tinggi Agama Islam. 

Sumber bacaan : "Gerakan Islam Berkemajuan" karya Prof. Haedar Nashir


Read More
      edit