Kalau
ditanyakan kepada warga atau simpatisan Muhammadiyah, tentang peran serta
Pendidikan Muhammadiyah dalam pusaran disrupsi 4.0, pasti mereka menjawab: akan
berperan aktif. Andai Pimpinan dan segenap jajarannya, dan juga pendidik bila
ditanya, mereka menjawab: akan merenda tali temali dalam jaringan teknologi
informasi (TI)
Andai
pertanyaan dipersempit: siapkah Sekolah Muhammadiyah menjadi pioneer dalam
mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara? Kita akan sepakat menjawab: Muhammadiyah
akan selalu dalam rel Pendidikan dalam arti yang luas. Muhammadiyah berkembang
seperti sekarang ini karena melalui Pendidikan.
Pendidikan
Muhammadiyah akan terus mengikuti perkembangan dunia Pendidikan melalui
pengembangan pola 4C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and
Innovation), tidak hanya mendesain model pembelajaran abad 21, mengeksplore
HOTS (Higher Order Thinking Skills/HOTS), tapi ciri khasnya tidak pernah
luntur, yaitu Pendidikan Akhlak.
Akhlak menjadi
pondasi dan benteng dalam Pendidikan di Muhammadiyah. KH. Ahmad Dahlan menitik
beratkan akhlak dalam setiap mengamalkan ayat-ayat al-Qur’an dan mempraktekkan
kehidupan sehari-hari.
Forum Guru
Muhammadiyah (FGM) yang telah terbentuk beberapa waktu yang lalu merasa
terpanggil untuk mempertemukan sebagian kecil guru Muhammadiyah dalam forum
kajian ilmiah. Ajang silaturahmi ini membahas berbagai isu yang berskala
Nasional, dengan tidak mengesampingkan kasus lokal. Unsur yang paling pokok
adalah Peningkatan Kompetensi guru dalam berbagai macam perspektif.
Sebagai seorang
Bapak, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah
memberi fasilitas agar guru Muhammadiyah dapat mencapai kompetensinya. Hasil
kerja sama dengan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), diharapkan membuah
hasil yang menggembirakan.
Dalam sambutannya
Dirjen GTK, mengusulkan tentang masa depan Pendidikan. Guru sebagai unsur utama
perubahan, harus selalu inovatif dalam segala hal terutama “Proses
Pembelajarannya” Guru mampu mengembangkan kurikulum, mengembangkan administrasi
agar tidak rumit tapi tetap berpijak pada norma. Oleh karena, salah satu cara
yang tepat dengan melaksanakan pelatihan berbasis zonasi.
Pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan terus
berupaya agar semangat belajar terus membara. Siswapun senang mengikuti
aktifitas guru yang tak pernah kering dari ide, kreatifitas dan komitmen
menebar pengetahuan. Lewat belajar on-line, guru terus didorong untuk
mengembangkan keprofesiannya melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP)
berbasis zonasi.
Dr. Supriano, M. Ed sangat terkesan dengan keinginan
Muhammadiyah dalam memajukan Pendidikan. Beliau juga terkesan dengan guru
Muhammadiyah, karena memiliki semboyan “Tak Pernah Menyerah”.
Peran komunitas guru dan tenaga kependidikan pada program
PKP Berbasis Zonasi ini, menuntut seluruh guru terdaftar dan terlibat aktif di
komunitas sesuai jenjang masing-masing. “Komunitas merupakan ujung tombak wadah
untuk berbagi dan mencari solusi mengenai masalah-masalah pendidikan yang
dihadapi guru di daerah masing-masing. Program PKP Berbasis Zonasi ini
diharapkan dapat menghidupkan dan menggairahkan kegiatan-kegiatan komunitas
dengan lebih bersemangat. Melalui PKG/KKG/MGMP/MGBK, pemerataan kualitas
pendidikan di seluruh Indonesia diharapkan dapat segera tercapai,”
Muhammadiyah,
sebagaimana harapan KH Ahmad Dahlan, teruslah berkarya dalam setiap bidang
kehidupan. Guru Muhammadiyah sebagai ujung tombak dalam mencerdaskan anak
bangsa, haruslah menjadi tauladan. Untuk mencapainnya diperlukan berbagai
upaya. Sharing pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman,